Pengorbanan.
Kata dasarnya adalah korban. Yaaaa semua orang pasti tau itu atuh. So… apa gerangan dengan
pengorbanan. Hmm,,, let’s check this out,,,monggo-monggo.
Korban
dalam kamus besar bahasa Indonesia (2006: 393) berarti sesuatu (orang, binatang
dsb) yang menjadi penderita karena dikenai perbuatan atau kejadian; disamakan
juga dengan kurban. Korban mendapatkan
kata sisipan pe-dan-an menjadi pengorbanan, dalam referensi yang sama berarti proses,
cara dan perbuatan mengorbankan. Jadi pengorbanan erat kaitannya dengan
mengorbankan sesuatu hal atau merelakan sesuatu yang kita miliki.
Orang
besar memerlukan pengorbanan besar juga. Tentunya berbeda pengorbanan orang
yang berprestasi dengan orang yang tidak berprestasi. Orang berprestasi
berusaha untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuannya dengan mengorbankan segala
sesuatunya diantaranya waktu, tenaga, dan uang, hhe… kadang-kadang kesehatan.
Orang fisika mengatakan usaha berbanding
lurus dengan pengorbanan. Semakin besar usaha yang kita lakukan semakin banyak
pulalah pengorbanan yang akan kita berikan. Namun tentunya tidak bisa disamakan
usaha orang yang mencontek demi mendapatkan nilai yang tinggi. Itu mah curang. Mendapatkan
nilai tinggi tapi mengorbankan harga diri dan rugi di mata manusia terutama di
mata Allah,,,fuiih sangat disayangkan. Jadi proses untuk menuju jalan pengorbanan
itu banyak pilihan, mau pengorbanan yang sia-sia atau pengorbanan penuh
hikmah?? “It’s depend on you!”.
Pada abad 19, ada seorang tokoh yang perlu kita maknai
pengorbanannya. Ia adalah Sayyid Qutb. Beliau adalah seorang ilmuwan,
sastrawan, ahli tafsir sekaligus pemikir dari Mesir. Penyeru Islam yang mempersembahkan nyawanya di
Jalan Allah, atas dasar ikhlas kepada-Nya. Studi di banyak tempat di beberapa negara yang dilakukannya
memberi satu kesimpulan pada Sayyid Qutb yaitu hukum dan ilmu Allah saja
muaranya. Singkat cerita, pada saat itu beliau mengkritik keras pemerintahan
Mesir tepatnya Presiden Mesir. Sejak
saat itu kekejaman penguasa bertubi-tubi dialaminya. Dipenjara dengan alasan
akan menggulingkan pemerintahan yang sah. Dipenjara lebih dari 15 tahun
berpindah-pindah dari penjara satu ke penjara lainnya dan selalu penyiksaan
yang diterimanya. Hingga akhirnya beliau dijatuhi hukuman mati. Pada detik-detik
pelaksananaan hukuman ada seorang perwira membujuknya untuk mengakui
kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang tidak dilakukannya kepada penguasa
pada saat itu, namun beliau tetap teguh dengan keyakinannya. Akhirnya beliau
gugur di Jalan Allah dengan tersenyum dan pengorbanannya mulia di mata Allah. Insya
Allah. Ternyata, berjuang dan menjadi orang baik butuh pengorbanan. Tidak semua
niat baik dapat diterima. Begitulah pada abad ini yang penuh kejanggalan dan
propaganda.
Nah,
selanjutnya ini merupakan kisah yang sangat melegenda tapi ini bukan legenda
yang dari mulut ke mulut that’s no one
other knows yang membawa ceritanya tapi legenda ini sudah dari mulut ke
mulut dan sudah termaktub dalam buku agung nan suci yakni al-qur’an yang tidak
kita ragukan lagi kebenarannya.
Dialah
Nabi Ibrahim AS yang mengorbankan anak tercintanya Nabi Ismail AS yang sudah
ditunggunya dalam penantian yang lama. Pada saat ini, peristiwa itu memang
sulit untuk diterima terutama orang awam. Mana ada sih seorang ayah rela mengorbankan
anaknya untuk disembelih. Tapi kalau kita telusuri peristiwa pada saat ini, dizaman
edan ini ada yang lebih parah lagi. Ada ayah yang menjual anaknya, membunuh,
memperkosa, mensodomi, cukup… cukup… cukup tak tahan mendengarnya. Tapi hal ini tidak bisa disandingkan dengan
kisah Nabi Ibrahim AS. Jika Nabi Ibrahim AS mendapatkan tugas suci nan mulia dari
Allah, sedangkan
orang-orang itu melakukan tugas yang bejat nan mudharat.
Na’udzubillahimindzalik.
Nabi Ibrahim merupakan Sang Sahabat
Tuhan. Ungkapan ini dikutip dari buku karangan Dr. Jerald F. Dirk. Nabi Ibrahim
AS menganut agama tauhid saat ia berusia 14 tahun ketika ia melakukan perenungan terhadap alam semesta dan
atas bimbingan dari Allah SWT. Selanjutnya
beliau berdakwah menghadapi berhala-berhala
dan penguasa-penguasa pada zaman itu. Pada saat bertepatan usianya 16
tahun beliau dilemparkan ke kobaran api namun dengan mukjizat Allah beliau
diselamatkan. Ujian bagi Nabi Ibrahim tak kunjung berhenti. Pada usia kakek-kakek ternyata beliau
masih belum dikaruniai anak dan akhirnya dengan penantian sabar melalui Siti
Hajar istrinya beliau dikaruniai anak yang bernama Ismail. Namun ujian bagi
Nabi Ibrahim AS belum berakhir, untuk mengurangi konflik antara Siti
Sarah dan Siti Hajar dan atas perintah Allah beliau mengantar Siti Hajar dan
anaknya Ismail ke Mekah yang sebelumnya menetap di Palestina. “Bayangkan Sob,
berjalan dari Palestina menuju Mekah..jauuuuh, jadi harus bilang waaaw gitu”.
Disinilah
pengorbanan yang paling berat diuji dari sekian banyaknya pengorbanan yang
beliau lakukan. Memutuskan dua perkara
ini sangatlah berat dan sebagai manusia pasti mengalami konflik batin. Tidak
jadi menyembelih Ismail berarti beliau mengabaikan perintah Allah, beliau yang
sejak anak-anak sudah beriman, maka ia akan menyesal. Memilih menyembelih
Ismail, dan Ismail akan mati, maka ia pun akan menyesal. Inilah pilihan yang
sama-sama berat. Tetapi ia mengedepankan iman kepada Allah. Cintanya pada Allah melebihi cintanya pada dunia
(anaknya). Dan itulah keputusan yang paling tepat.
Nabi Ibrahim bertutur dalam
Al-Qur’an, “ Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku!
Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan
mendapatku termasuk orang yang sabar”.
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan
anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah), Lalu Kami panggil
dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik. Sesungguhnya
ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di
kalangan orang-orang yang datang kemudian, “Selamat sejahtera bagi Ibrahim”.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS.
As-Saffat 102-110)
Ketika senjata tajam digesekan ke leher
Ismail, Allah menggantinya dengan seekor kambing yang besar. Nah, hal inilah yang
menjadi sunnah ibadah qurban yang kita laksanakan pada hari ‘Idul Adha atau
biasa disebut juga dengan hari Raya Kurban. Oleh karena itu umat muslim
pada hari Raya Kurban ini mengurbankan
hewan qurban, seperti yang
lazim adalah sapi dan kambing untuk dibagikan kepada saudara-saudara yang
berhak mendapatkannya agar tercipta rasa peduli terhadap sesama dan terjalin
silaturrahim.
Kalau bagi yang mampu bisalah membeli
hewan qurban at least kambing. Tapi
bagi kelas menengah ke bawah ataupun mahasiswa yang kepengen merasakan pahala
ditiap lembaran bulu-bulu hewan
qurban,, How?? Calm down sob, banyak jalan menuju Roma. Tentunya di tempat sob
adakan membuka ‘layanan qurban’. Disitu kita tidak diharuskan membeli satu
hewan qurban, kita bisa berbagi dengan teman lainnya lewat infaq qurban
misalnya, sehingga bisa
terkumpul uangnya.
Pesan yang terkandung dalam hari raya
kurban tidak hanya sekedar ajakan mengorbankan harta untuk menyembelih hewan
kurban tetapi banyak pesan yang tersirat dari peristiwa sejarah hari raya
kurban itu, diantaranya saling-mengasihi dan tolong-menolong antara si kaya dan
si miskin, orang kaya dengan ikhlas
menyedekahkan hartanya pada orang miskin dan siap berkorban demi kepentingan agama dan bangsa.
Seharusnya sikap pengorbanan ini
tidak hanya diaplikasikan pada momen hari raya kurban tapi dalam kehidupan sehari-hari juga. Wallahu
a’lam bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar