Kalimat thayyibah juga
memiliki manfaat lain yang tak kalah hebat dengan manfaat yang telah disebutkan
sebelumnya, ia adalah nutrisi bagi ruh
dan pikiran. Sebagaimana tubuh yang memerlukan gizi sebagai tambahan tenaga guna menjalankan tugas dan fungsinya. Pikiran dan
ruh juga demikian, memerlukan nutrisi yang lain yang tidak bisa didapat kecuali
dalam sekumpulan kalimat thayyibah.
Ali ra pernah menyebutkan, “Kumpulkanlah hati-hati kalian, dan carikanlah sisi-sisi hikmah
baginya. Karena is bisa lelah (bosan) sebagaimana tubuh yang lelah.”
Dan banyak perkataan para
sahabat yang senada dan
memperkuat pernyataan ini, sampai ada diantara mereka yang menekankan bahwa mendengarkan perkataan yang baik (bagus)merupakan
salah satu faktor penting dlam kehidupan dunia.
Umar bin Khaththab ra berkata,
“Kalaulah bukan karena tiga hal, maka sungguh aku lebih suka bertemu dengan rabbku;
1.
Berjalan
(berjihad) di jalan Allah SWT
2.
Meletakkan
wajahku untuk Allah semata
3.
Bermajlis
dengan kaum yang hanya bicara dengan perkataan yang baik, sebagaimana mereka
hanya memakan buah yang baik.”
Abu Darda ra pernah
mengatakan, “ Kalaulah bukan karena tiga
perkara, sungguh aku lebih suka untuk tidak hidup di dunia.”
1.
Menyungkurkan
wajahku untuk sujud kepada Penciptaku setiap siang dan malam sebagai pengantar
untuk hidup yang lebih baik (di akhirat kelak)
2.
Mengosongkan
perut (shaum) di tengah hari yang panas terik.
3.
Bermajlis
dengan suatu kaum yang memilih-milih perkataan yang bagus sebagaimana mereka
berhati-hati dalam memilih buah yang akan dimakan.
Perkataan Umar, begitu juga
perkataan Abud Darda, menggambarkan realita kehidupan masyarakat pada zaman
sahabat. Yaitu suatu masyarakat yang mengelilingi meja makanan yang berisi
kalimat-kalimat. Mereka memilah dan memilih kalimat-kalimat yang baik dalam
meja tersebut. Sebagaimana yang dilakukan masyarakat saat tengah mengelilingi meja makanan berisikan tumpukan
buah-buahan.
Bahkan, baik Umar maupun Abud
Darda’ berpendapat bahwa berkumpul mengelilingi bekal semacam itu merupakan
salah satu faktor pendorong
untuk mencintai kehidupan dan hidup lebih lama di dunia.
Demikianlah kalimat thayyibah
melakukan perannya dalam lapangan irsyad (petunjuk), taqwim (pelurusan) dan
hidayah. Sebagaimana perannya dalam mengaktifkan pikiran jiwa.
Dengan demikian dapat kita
ambil kesimpulan dari seluruh nasihat dan hikmah ini, sebagamana yang dikatakan
Ibnu Mas’ud , “Sebaik-baiknya majlis
adalah majlis yang didalamnya dibahas hikmah dan di dalamnya diharapkan
turunnya rahmat.”
Disadur dari buku Pembersih Jiwa oleh Shalih Ahmad Asy-Syami